Beresiko Kematian, Kelahiran Bayi Bangsawan dari Sang Ratu yang Bikin Merinding!

Penderitaan perempuan dianggap sudah kodratnya (Kejadian 3:16), dan tidak bisa ditolak. Duh, jadi takut hamil gak sih, ratunya?

Baca Juga: Kasus Nastacha Kampush, Diculik hingga 8 Tahun tapi Malah Bersimpati pada Penculik?

Penderitaan yang akan dialami dikaitkan erat dengan jatuhnya Hawa dalam dosa di Taman Eden.

Inilah alasan utama mengapa penghilang rasa sakit tidak disukai, bahkan untuk para bangsawan.

Akibatnya, para ratu sering menggenggam relik suci selama persalinan, bahkan menyelipkan gulungan doa kecil ke dalam lipatan pakaian mereka.

Gereja menyetujui praktik semacam itu karena mereka meminta perlindungan Tuhan dan kemungkinan besar akan membantu seorang ibu untuk melalui saat-saat tersulitnya.

Tahun 1853, Ratu Victoria merasa sudah cukup dengan sakit persalinan yang dia alami selama ini. Ia meminta pereda sakit kepada dokternya.

Baca Juga: Tertusuk Paku? Jangan Disepelekan! Ini Akibat Fatal dari Penyakit Tetanus

Wajar saja, itu persalinannya yang ke-8. Dan dia juga menggunakannya pada persalinannya yang ke-9 (terakhir).

Kelahiran seorang bangsawan bukanlah hari biasa-biasa saja. Itu adalah peristiwa politik besar bagi bangsa itu dan orang-orang membicarakannya.

Mengingat kesuksesan atau kegagalan suatu monarki bisa dilihat tanda-tandanya sejak proses kelahiran calon raja. Jadi, lupakanlah ruang privasi.

Jika anaknya lelali maka bayi itu adalah "milik" rakyat, lebih dari sang ratu atau ibunya sendiri.

Akan ada banyak orang di Istana yang memperhatikan jenis kelaminnya, atau adakah cacat di tubuhnya.

Ketika Marie Antoinette dari Prancis melahirkan pada tahun 1778, ada 200 orang di kamarnya untuk menyaksikan peristiwa tersebut.

Momen kelahiran itu sangatlah penting, sehingga dokter kandungan akan berteriak, "Ratu akan melahirkan!". Lalu orang-orang akan masuk ke ruangan bersalin.