Analis KedaiKopi Sarankan Prabowo Utamakan Media Massa untuk Jembatani Pemerintah dan Rakyat

photo author
- Senin, 1 September 2025 | 06:14 WIB
Hendri Satrio, Pengamat politik (Tangkap layar youtube tvonenews)
Hendri Satrio, Pengamat politik (Tangkap layar youtube tvonenews)

LIPUTANBEKASI.COM - Analis komunikasi politik sekaligus pendiri Lembaga Survei KedaiKopi, Dr. Hendri Satrio atau Hensa, menilai Presiden Prabowo Subianto perlu lebih intens berbicara melalui media massa ketimbang mengandalkan influencer untuk menenangkan publik.

Menurut Hensa, media masih memiliki peran sentral sebagai jembatan komunikasi antara pemerintah dengan rakyat.

Ia menekankan bahwa intensitas komunikasi langsung melalui media akan membuat pesan pemerintah lebih mudah dipahami oleh masyarakat luas.

“Saya ngajuin dua lah solusinya. Jadi yang pertama, Pak Prabowo mesti berkomunikasi dengan intens kepada para jurnalis di media massa karena dengan kondisi saat ini, media massa lah yang bisa menenangkan masyarakat ya, menenangkan rakyat,” ujarnya, dikutip dari AboutMalang.com, Minggu (31/8/2025).

Baca Juga: Tiga Tahun Alva, Pangkas 2.766 Ton Emisi CO₂ dan Dirikan 110 Boost Charging Station di Indonesia

Hensa menyoroti bahwa sejak era Presiden Joko Widodo hingga kini, media kerap terpinggirkan dalam lingkaran komunikasi kekuasaan.

Ia menilai kondisi tersebut membuat media seolah terlupakan, padahal memiliki kekuatan besar dalam menjaga stabilitas informasi dan meredakan kegelisahan publik.

“Dan ya ini jadi pengalaman tersendiri sih. Selama ini kan memang penguasa ya dari zaman Pak Jokowi kemudian sekarang diteruskan ke Pak Prabowo, seolah-olah seperti melupakan media massa sebagai kekuatan,” tambahnya.

Baca Juga: Vespa Officina 8 Edisi Terbatas Hadir di Indonesia, Perayaan Warisan Eksperimental Piaggio dengan Sprint Sporty dan GTV Vintage

Menurutnya, membuka ruang komunikasi yang lebih luas dengan media menjadi langkah strategis bagi pemerintahan saat ini.

Selain untuk menjaga legitimasi kepemimpinan nasional, komunikasi terbuka juga dapat mengurangi ketegangan sosial politik di tengah masyarakat.

Hensa menegaskan bahwa pemerintah tidak bisa hanya mengandalkan narasi dari influencer karena tingkat kepercayaan publik terhadap media sosial masih jauh lebih rendah dibanding media formal.

Sebuah survei Indonesian Presidential Studies (IPS) Universitas Gadjah Mada pada 2022 bahkan menunjukkan fakta bahwa 74,4 persen publik masih menaruh kepercayaan pada media formal seperti televisi, radio, dan koran.

Sementara itu, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap media sosial hanya sebesar 12,7 persen, sehingga menunjukkan kesenjangan besar dalam efektivitas komunikasi.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Fauzi Ghanim

Rekomendasi

Terkini

X