LIPUTANBEKASI.COM-Mungkin salah satu kasus yang paling mengejutkan adalah banyak orang menyaksikan langsung kelahiran bayi bangsawan.
Namun sebelum ke sana mungkin saya akan menjelaskan bahwa proses kelahiran dan persalinan wanita bangsawan tidak kalah berisiko dengan wanita biasa.
Pada Abad Pertengahan, pengetahuan tentang kebersihan masih ketinggalan jauh dari keadaan sekarang.
Bahkan seorang ratu yang paling kaya pun harus melahirkan di kondisi yang sangat tidak sehat sehingga menciptakan risiko kesehatan serius bagi ibu dan bayinya.
Baca Juga: Dibalik Kisah Ditemukannya Ikan Mujair, Bikin Kamu Termotivasi!
Sering terjadi infeksi pada organ reproduksi yang mengakibatkan kematian ibu dan terkadang anak.
Si ibu bisa saja diberikan alkohol untuk meredakan rasa sakit, namun kerap ditolaknya. Mengapa di tolak? Mari kita bahas berikut ini.
Proses kelahiran dianggap sebagai kejadian yang berbahaya, para ibu diharapkan untuk menulis surat wasiat mereka.
Meninggalnya ratu atau (lebih buruk lagi) bayinya adalah ketakutan terbesar saat kelahiran anggota kerajaan.
Baca Juga: Alasan Dilarangnya Pertunjukan Topeng Monyet, Dapat Menularkan Penyakit?
Katherine dari Aragon (Permaisuri Henry VIII) hanya memiliki satu anak yang selamat sampai usia dewasa.
Anne Boleyn (juga Permaisuri Henry VIII) dua kali keguguran. Putri Charlotte dari Wales (anak tunggal Raja George IV) meninggal di usia 21 tahun setelah ia melahirkan.
Poin berikutnya adalah kesakitan saat proses persalinan dianggap sebagai hukuman dosa.
Apalagi di keluarga kerajaan yang beragama Kristen (baik Katolik atau Protestan).