Kenali Dampak Bullying Dalam Keluarga, Jaga Kesehatan Mental Dengan Cara Ini!

photo author
- Sabtu, 5 November 2022 | 05:49 WIB
ilustrasi bullying (pixabay.com)
ilustrasi bullying (pixabay.com)

LiputanBekasi.com – Keluarga merupakan ‘rumah’ bagi siapapun yang hidup di dunia ini.

Keluarga juga satu-satunya tempat untuk pulang, berkeluh kesah, dan mendapatkan cinta serta kasih sayang yang murni.

Namun apa jadinya jika keluarga justru menjadi momok mengerikan bagi sebagian orang?

Sangat memilukan jika melihat seseorang yang tidak mempunyai keluarga sebagai tempat bersandar dan tempat ternyaman dalam hidupnya.

Baca Juga: Dibekali Mesin 1.500cc, Inilah Kebutuhan Konsumsi BBM Mobil Honda WR-V

Kasus perundungan atau bully tidak hanya terjadi di lingkungan luar rumah saja, tapi bisa juga terjadi di dalam rumah dan keluarga.

Bullying terhadap keluarga berdampak sangat parah bagi mental korbannya.

Bagaimana tidak, jika seseorang hidup di dalam atap yang sama dengan seorang pembully yang tidak memiliki hati nurani. Hal itu akan sangat menyiksa fisik, hingga batin seseorang.

Keluarga yang berpotensi menjadi pelaku bullying tidak hanya keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu, kakak atau adik saja.

Tetapi juga bisa dari keluarga lain seperti paman, bibi, sepupu, mertua, kakek, nenek, hingga saudara ipar.

Perlu digaris bawahi, bahwa bullying merupakan hal yang berbeda dengan KDRT atau kekerasan dalam rumah tangga meskipun sama-sama melukai dan menyebabkan adanya korban.

Baca Juga: Tips Merawat Mesin Motor Matic agar tidak cepat rusak - Simak Penjelasannya

Hal ini karena yang melakukan bukan hanya sebatas dalam lingkup inti seperti antara suami dan istri saja, namun lebih luas cakupannya daripada itu.

Dari kebanyakan kasus pembullyan yang terjadi, bullying dalam keluarga biasanya lebih sering terjadi dengan penyerangan secara verbal atau emosional. Berikut ini tanda bullying dalam keluarga yang dilansir dari Alodokter, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia:

  1. Adanya tuntutan yang tidak masuk akal kepada korban
  2. Membuat lelucon yang terkesan merendahkan atau menjatuhkan korban
  3. Melontarkan tuduhan bahwa korban bersikap egois kepada anggota keluarga lain
  4. Membuat korban merasa bersalah terhadap apa yang sebenarnya tidak dilakukan oleh korban
  5. Melakukan silent treatment semata-mata untuk menghukum korban
  6. Memberikan kritik yang menyakitkan dan tidak membangun
  7. Menggunakan perasaan dan emosi korban untuk mengendalikan diri korban
  8. Menghasut anggota keluarga lainnya untuk ikut melawan atau menghindari korban
  9. Membuat korban merasa rendah diri dengan menyebarkan atau membesar-besarkan kekurangan korban kepada anggota keluarga lainnya.

Baca Juga: Sinopsis Enola Holmes 2 : Kisah Enola dan Sherlock dalam Memecahkan Kasus

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Anisa Dewi Ariani

Sumber: Alodokter.com

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X