Mengapa Pariwisata Selandia Baru Dianggap Paling Humanis di Dunia dan Apa yang Bisa Dipelajari Indonesia dari Model Ini

photo author
- Rabu, 26 November 2025 | 15:32 WIB
Traveling Selandia Baru
Traveling Selandia Baru

Peserta menutup acara dalam suasana festival di Elephant Hill Estate & Winery yang mengedepankan kebersamaan dan perayaan komunitas.

Race Tekapo pada 19 September 2026 menawarkan pengalaman yang menghadirkan keindahan Danau Tekapo, pemandangan Alpen, dan akses menuju International Dark Sky Reserve yang termasyhur.

Dengan tujuh pilihan jarak, ajang ini dapat dinikmati oleh pemula hingga atlet berpengalaman sambil menyaksikan keheningan langit malam yang menjadi bagian dari kisah perjalanan pelari.

First Light Marathon di Tairāwhiti Gisborne pada Januari 2027 memberikan pengalaman hampir spiritual karena peserta menjadi pelari pertama di dunia yang menyapa matahari terbit.

Rute ini melintasi tanah Māori, situs sejarah, perbukitan, dan kebun anggur sambil membawa pelari pada perjalanan yang kaya akan budaya dan rasa kebersamaan.

Kehangatan masyarakat Tairāwhiti dan kekuatan kōrero Māori membuat setiap langkah terasa seperti bagian dari perjalanan memahami warisan leluhur dan hubungan manusia dengan alam.

Di balik petualangan fisik, Selandia Baru selalu menyediakan ruang pemulihan melalui air panas bumi, makanan lokal bernutrisi, observasi bintang di Dark Sky Reserve, hingga pengalaman budaya Māori yang menghubungkan tubuh, alam, dan spiritualitas.

Melalui cara tersebut, Selandia Baru menyampaikan pesan bahwa tubuh yang terus bergerak juga membutuhkan ruang untuk berhenti, meresapi napas, dan menghargai perjalanan yang ditempuh.

Jika Indonesia ingin membangun masa depan pariwisata yang lebih humanis dan berkelanjutan, pendekatan Selandia Baru menawarkan inspirasi penting.

Negara ini tidak menempatkan pariwisata sebagai industri konsumtif, melainkan sebagai ruang belajar yang menghormati alam sebagai tempat tumbuhnya pengalaman manusia.

Jalur-jalur yang mereka kelola bukan hanya wahana petualangan, tetapi ruang interaksi yang aman, terawat, inklusif, dan penuh makna.

Budaya lokal juga diintegrasikan bukan sebagai hiburan semata, tetapi sebagai elemen identitas yang menyatu dengan pengalaman wisata.

Kalender acara lari yang mengalir sepanjang tahun memperlihatkan bagaimana olahraga dapat menjadi jembatan bagi wisatawan untuk memahami lanskap dan masyarakat secara lebih intim.

Pelajaran paling penting yang ditawarkan Selandia Baru adalah bagaimana pariwisata dapat menjadi gerakan pemulihan tubuh, pikiran, hubungan sosial, dan cara manusia menghargai bumi.

Indonesia yang memiliki kekayaan alam melimpah dapat belajar bahwa pariwisata bukan hanya soal panorama indah, tetapi soal bagaimana pengalaman dirancang dengan aksesibilitas, keselamatan, penghormatan budaya, dan keberlanjutan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Fauzi Ghanim

Rekomendasi

Terkini

X