Orang Tua Wajib Tahu! Kenali 11 Parenting Style yang Mempengaruhi Kepribadian Anak

- Jumat, 3 Februari 2023 | 20:22 WIB
Parenting style yang mempengaruhi kepribadian anak. Sumber foto: parents.com
Parenting style yang mempengaruhi kepribadian anak. Sumber foto: parents.com
LIPUTAN BEKASI - BANYAK faktor yang memengaruhi pembentukkan kepribadian. Salah satunya adalah gaya pengasuhan orang tua atau significant person (pengasuh lain). Tetapi yang akan dibahas bukan tipe kepribadian melainkan respons perilaku anak sebagai sample dari kepribadian saat dewasa nanti.
 
Bersumber dari Henry Stein yang mengutip Hugh Misseldine di buku Your Inner Child of the Past berlandaskan teori Individual Psychology dari Alfred Adler. 
 
 
 
1. Democratic and encouraging
 
Anak diberikan kesempatan untuk berkembang sesuai kemampuannya, dianggap setara dan punya peran penting di keluarga, loved & accepted, didorong untuk menerima tantangan tapi juga dibimbing untuk mengatasinya.
 
Sikap Orang tua:
- Menerima keunikan anak, mencintai, menghormati, dan merasa setara dengan anak (mau menerima masukan dari anak).
- Mendorong anak untuk memperbaiki kesalahan dan mengembangkan kapasitas.
- Membimbing anak untuk punya kontribusi.
 
 
Respons Anak:
- Merasa aman, nyaman, dicintai, dan diterima. 
- Punya kekuatan yang berasal dari pengalaman mengatasi kesulitan. 
- Punya kepuasan akan pencapaian dan kontribusi.
- Tidak takut mencoba dan gagal. 
- Melihat dunia sebagai tempat yang tidak mengancam karena feel secured & loved.
 
2. Over-indulgent
 
Anak hidup dengan berbagai kemudahan melalui layanan, materi, atau hal-hal yang sifatnya non-emotional.
 
Sikap Orang tua:
- Memberikan berbagai privilege, hadiah, layanan yang melimpah tapi tidak paham dengan kebutuhan anak yang sebenarnya.
- Tidak membiarkan anak berupaya, terlalu memanjakan.
- Tidak percaya dengan skill anak.
 
 
Respons Anak: 
- Mudah merasa bosan
- Takut terlihat beda atau takut mencoba.
- Kehilangan inisiatif dan spontanitas. 
- Berharap semua hal datang untuknya. 
- Melihat orang lain sebagai pihak yang bisa menyediakan atau memenuhi kebutuhannya mendapatkan kesenangan.
- Menjadi pemalas dan lebih suka mengandalkan atau merepotkan orang.
 
3. Over-submissive
 
Anak bagaikan baginda raja yang semuanya diiyakan, dituruti, dan dipenuhi permintaannya. Orang tua nurut saja, jadi anaknya menuntut dan impulsif.
 
Sikap Orang tua:
- Menuruti segala rengekan, permintaan, suruhan, paksaan, dan impusivitas anak. 
- Anak dianggap seperti bos dan orang tua adalah pelayan.
 
Respons Anak: 
- Melakukan apapun, termasuk hal-hal dramatis, agar keinginannya dipenuhi. 
- Tidak peduli dengan kebutuhan atau kondisi orang lain.
- Jarang puas dan suka memaksa.
 
 
4. Over-coercive
 
Anak seperti halnya hewan yang akan dilatih. Orang tua terus menerus memberikan arahan bahkan perintah yang sifatnya mutlak. Apapun yang terjadi, anak harus nurut.
 
Sikap Orang tua:
- Supervisi dan arahan yang konstan.
- Instruksi seperti tidak akan ada habisnya. 
- Suka mengingatkan berkali-kali. 
- Sangat ketat.
 
Respons Anak: ada 3 kemungkinan.
1. Submisif: Penurut, patuh, dan penakut.
2. Rebel: Berontak secara nyata (overt defiance) dari penolakan verbal.
3. Passive-resistance: Memendam, mengabaikan, berontak secara licik (covert defiance).
 
 
5. Perfectionistic
 
Anak bagaikan runner yang harus berlari dengan finish line yang ditetapkan orang tua. Tetapi saat sudah di finish line, orang tua tidak puas dan masih minta anak untuk terus menaikkan standar kemampuan.
 
Sikap Orang tua:
- Hanya akan menerima anak kalau anaknya berhasil atau sesuai harapan saja. 
- Standar terlalu tinggi dan cenderung sulit puas. 
 
Respons Anak: 
- Selain capek, anak jadi tidak puas sama dirinya sendiri.
- Selalu berusaha tapi tidak tahu bahwa dirinya punya batas kemampuan. 
- Saat tidak mencapai standar orang tua, jadi merasa tidak berharga.
- Bisa burnout dan menyerah atau malah jadi sakit fisik (kronis atau komplikasi).
 
 
6. Excessively responsible
 
Anak dituntut untuk mengemban tanggung jawab yang cukup besar. Misalnya harus kerja, mengurus kerjaan rumah tangga yang selayaknya dikerjakan orang dewasa, mengurus adik, nenek, kakek, atau tanggung jawab lainnya.
 
Sikap Orang tua:
- Kondisi ini mungkin terjadi karena faktor ekonomi (kemiskinan), ada anggota keluarga yang perlu perawatan intensif atau yang dibesarkan oleh single-parent.
- Anak tidak diurus dan malah dibebankan hal-hal yang tidak seharusnya diemban.
 
Respons Anak: 
- Anak jadi stres, merasa harus bisa seperti orang dewasa sebelum waktunya.
- Kehilangan waktu bermain seperti anak seusianya.
- Tidak merasa diperhatikan.
- Ketika dewasa bisa jadi sulit sosialisasi dengan yang seumuran.
- Merasa segala hal adalah tanggung jawabnya.
 
 
7. Neglecting
 
Antara ada dan tiada. Hadir tapi seperti tidak sepenuhnya hadir. Secara fisik, orang tua ada. Satu rumah dan tiap hari bertemu. Tetapi secara emosional tidak ada. Jangankan memenuhi kebutuhan, didengar saja mungkin menjadi sebuah kemewahan.
 
Sikap Orang tua:
- Bisa jadi karena sibuk kerja, kemiskinan, perceraian, adiksi, atau sakit keras.
- Seringkali tidak hadir secara emosional.
- Tidak menyediakan waktu untuk anak.
 
Respons Anak: 
- Anak jadi kurang mampu mengembangkan relasi yang dekat dan sehat dengan orang lain. 
- Karena tidak pernah merasa bahwa ada orang yang peduli dengannya.
- Saking jarangnya interaksi, jadi merasa asing satu sama lain.
 
 
8. Rejecting
 
Mengasingkan diri dengan menyakitkan. Segala yang ditunjukkan anak akan disangkal oleh orang tua. Entah itu kebutuhan, emosi, atau sekadar kehadirannya. Sebagaimana penolakan, sakitnya terasa dalam dan tajam.
 
Sikap Orang tua:
- Biasanya terjadi karena tidak siap punya anak.
- Anak terlahir cacat atau riwayat orang tua yang dulunya juga pernah ditolak saat kecil.
- Merasa anak adalah beban sehingga tidak bisa menerimanya.
- Penolakan bisa berbentuk isyarat implisit atau bahkan eksplisit.
 
Respons Anak: 
- Menganggap dirinya terisolasi dan tidak berdaya. 
- Terasa sangat terluka. 
- Berpotensi mengembangkan perasaan cemas, bitter, kejam, dan perasaan rendah diri yang sangat parah (self-devaluation).
- Sensitif terhadap penolakan saat dewasa.
 
 
9. Punitive
 
Identik dengan penghukuman, kekerasan, dan hal-hal yang sifatnya akan membuat anak merasa tidak berdaya. Dikit-dikit dihukum, diberikan kekerasan fisik atau verbal. Parenting style yang tidak sehat sama sekali.
 
Sikap Orang tua:
- Biasanya dikombinasikan dengan paksaan dan perfeksionis.
- Menerapkan disiplin yang ketat dan memberikan perintah yang keras.
- Bersikap agresif kepada anak.
 
Respons Anak: 
- Punya keinginan kuat untuk balas dendam.
- Merasa bersalah dan menganggap dirinya buruk.
- Benci akan hukuman orang tua. 
- Berbohong untuk menghindari hukuman.
- Khawatir kalau-kalau dirinya secara tidak sadar suatu hari akan mencelakai orang tuanya.
 
 
10. Hypochondriacal
 
Konsepnya si anak sudah seperti pasien abadi. Orang tua selalu khawatir dengan kesehatan anak. Perhatiannya fokus pada kondisi tubuh dan organ tubuh anak.
 
Sikap Orang tua:
- Khawatiran, sangat takut anaknya akan sakit. 
- Bisa karena emang anaknya punya kerentanan, tapi bisa juga karena orang tuanya cemas.
- Sering melarang anak untuk main diluar, tidak dibolehkan ikut kegiatan, dipingit di rumah supaya anaknya tidak kecapekan dan kenapa-napa.
 
Respons Anak: 
- Dapat simpati (bukan empati) dan pemanjaan dari ortu.
- Mungkin melebih-lebihkan gejala untuk tujuan tertentu. 
- Sangat berpotensi untuk minta izin supaya tidak ikut suatu kegiatan tertentu.
 
 
11. Sexually stimulating
 
Anak diperlakukan sebagai objek seksual. Anak didorong untuk memiliki perilaku seksual seperti orang dewasa, seperti menjadi pekerja seks, pernikahan dibawah umur. dan sebagainya.
 
Sikap Orang tua:
- Melakukan pelecehan seksual secara implisit seperti saat mandi, tidur, atau bermain. 
- Melampiaskan hasrat seksual kepada anak ketika pasangannya tidak bisa atau tidak mau.
- Perkosaan, pencabulan, atau pemaksaan perkawinan.
 
Respons Anak: 
- Anak dipaksa merahasiakan dan dibuat merasa bersalah.
- Anak bingung tetapi sering patuh dan mungkin jadi tergantung.
- Seringkali menghasilkan rasa permusuhan terhadap orang tua.
- Merusak konsep diri anak terkait seksualitasnya bahkan hingga dewasa.***

Editor: Andini P.

Sumber: Twitter

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Resep Cumi Saus Padang Ala Resto, Pasti Nagih!

Rabu, 22 Maret 2023 | 11:39 WIB

Tips Agar Konten Tiktokmu Bisa FYP Terus

Rabu, 22 Maret 2023 | 10:25 WIB

Resep Ayam Goreng Kari, Wangi Rempahnya Nendang!

Rabu, 22 Maret 2023 | 07:34 WIB

Resep Sambal Terasi, Sangat Mudah dan Praktis!

Rabu, 22 Maret 2023 | 07:29 WIB

Resep dan Tips Memasak Ayam Presto di Rumah

Rabu, 22 Maret 2023 | 05:00 WIB
X