Apa Perbedaan Autism dan Down Syndrome? Yuk Kenali Lebih Lanjut Perbedaan Dua Gangguan Tersebut

- Sabtu, 4 Februari 2023 | 09:12 WIB
Autism (kiri), down syndrome (kanan) (Pinterest.com)
Autism (kiri), down syndrome (kanan) (Pinterest.com)

LIPUTANBEKASI.COM – Untuk dapat hidup bersama dan menerima kehadiran suatu perbedaan atau keistimewaan yang dimiliki oleh individu lain, sangat penting bagi kita untuk dapat mengenali dan memahami perbedaan atau keistimewaan yang dimiliki oleh orang lain, contohnya adalah kepada individu yang mengidap Autism atau down syndrome. Loh emang dua gangguan itu beda ya? Yuk kita bahas lebih lanjut, simak artikel ini yah!

Baca Juga: Raih Simpati Publik! Anya Dwinov Salah Satu Korban Penipuan Indosurya Berani Bicara Tuntut Keadilan

Kita mulai dari definisi, Autism merupakan gangguan atau kelainan terhadap perilaku yang ditunjukkan oleh individu yang disebabkan oleh faktor epigenetic, yaitu faktor yang diturunkan secara genetic ataupun karena paparan selama masa kehamilan, seperti infeksi, konsumsi obat-obatan atau zat beracun oleh ibu hamil, hormone yang tidak seimbang, atau bahkan kondisi sosio ekonomi. Gangguan autism tidak dapat dideteksi pada saat individu masih dalam kandungan ataupun saat bayi. Gejala awal autism dapat terlihat saat usia anak menginjak usia 1 tahun.

Karakteristik yang menonjol dari anak pengidap gangguan autism yang sangat menonjol adalah kesulitan dalam membangun hubungan sosial. Hal tersebut disebabkan karena anak mengalami kesulitan saat akan berkomunikasi dengan orang lain, sulit dalam memahami emosi dan perasaan orang lain, dan terkadang anak tidak mampu mengendalikan luapan emosinya atau sering dikenal dengan perilaku tantrum.

Baca Juga: Mengapa Minum Air Hangat Bagus Untuk Tenggorokan? Berikut Penjelasan Dari dr. Saddam Ismail

Sedangkan down syndrome merupakan suatu kelainan genetik yang paling sering terjadi dan paling mudah diidentifikasi. Gangguan ini juga dikenal sebagai kelainan genetic trisomy, dimana terdapat kromosom yang berlebih pada kromosom 21 yang menyebabkan jumlah protein tertentu berlebih, sehingga menyebabkan terganggunya proses pertumbuhan normal tubuh yang dapat menyebabkan perubahan pada perkembangan otak. Berbeda dengan Autism, down syndrome dapat dideteksi pada janin sejak pemeriksaan USG pada usia kehamilan 13 minggu. Selain itu, down syndrome juga dapat dideteksi melalui pemeriksaan NIPT pada usia kehamilan 10 minggu. Insiden kelahiran anak dengan down syndrome diperkirakan 1 di antara 800-1000 kelahiran, sedangkan di Indonesia sendiri frekuensi kelahiran anak dengan down syndrome adalah 1 dalam 600 kelahiran hidup.

Baca Juga: Set Emblem Assasin Mematikan: Meningkatkan Damage dan Movement Hero

Karakteristik anak dengan down syndrome dapat dikenali melalui fisiknya, seperti bentuk kepala yang relatif kecil dibandingkan anak pada kondisi normal (microcephaly) dengan area datar pada bagian tengkuk, bentuk mata sipit dengan sudut bagian tengah membentuk lipatan (epicanthal folds), bentuk mulut yang kecil dengan lidah besar (macroglossia) sehingga tampak menonjol keluar, saluran telinga yang biasanya lebih kecil, sehingga mudah buntu dan dapat menyebabkan gangguan pendengaran jika tidak diterapi, garis telapak tangan yang melintang lurus/horizontal (simian crease), serta memiliki jembatan hidung yang datar (depressed nasal bridge) dan cuping hidung dan jalan napas lebih kecil, sehingga anak dengan down syndrome cenderung mudah mengalami hidung buntu.

Baca Juga: Setelah menjalani pengobatan di rumah sakit, kini bu Eny sudah diperbolehkan pulang

Namun, kedua kondisi tersebut tidak dapat dicegah, terutama autism. Sementara terdapat satu solusi yang dapat dilakukan untuk mencegah janin terkena gangguan down syndrome, yaitu dengan menerapkan program bayi tabung. Jadi, untuk para calon Ibu sangat penting untuk selalu memastikan kondisi janin anda berada dalam kondisi yang baik dengan cara secara rutin melakukan konsultasi dan kontrol kehamilan di dokter kandungan, serta pastikan selama masa kehamilan Ibu berada pada lingkungan yang positif dan juga suportif, baik dalam aspek psikis, ekonomi, keluarga, ataupun asupan gizi, karena lingkungan juga memiliki peran yang cukup besar dalam masa kehamilan dan perkembangan anak.

Editor: Naura Hanin Aisha

Sumber: repository.unika.ac.id

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Bacaan Doa Menyambut Ramadhan Beserta Maknanya

Jumat, 17 Maret 2023 | 16:09 WIB

Bekal Ramadhan Untuk Muslimah

Selasa, 14 Maret 2023 | 13:05 WIB
X